Illustrasi Blogger
Oleh : Dr.Andri,SpKJ
“liat di TV bergaya Korea kagak pantas
banget…jadi kaya termasuk identitas gender-nya…Sadarlah”
Kalimat di atas adalah status saya di Facebook pagi tadi.
Banyak juga yang “like” status itu dan ada juga yang berkomentar apakah itu
suatu gangguan jiwa. Memang kalau saya berkomentar tentang sesuatu hal yang
negatif, biasanya para teman facebookers saya langsung menanggapi dengan apakah
itu termasuk gangguan jiwa. Bahkan ada yang mengusulkan untuk menuliskan
artikel mengenai hal ini. Jadi inilah artikel hasil “ajakan” facebooker di FB
saya.
Sebenarnya saya menulis status itu bukan tanpa sebab. Saya
melihat beberapa hari yang lalu di suatu acara musik yang begitu banyak di
stasiun TV Indonesia muncul sebuah kelompok boyband Indonesia yang meniru gaya
korea baik dandanan maupun gaya tarinya. Lagu dan suara penyanyinya bisa
dibilang sangat biasa, tapi gaya berpakaian dan gaya dandanannya yang bikin saya
kaget sekaligus prihatin.
Mungkin meniru gaya korea yang kadang penyanyinya berdandan
cross gender, boyband Indonesia yang isinya anak-anak muda tanggung ini pun
bergaya seperti itu. Rambut dicat warna ngejreng dengan dandanan muka yang
lebih menyerupai lawan jenisnya, tebal dan pake riasan yang biasanya dipakai
oleh kaum hawa. Bajunya pun tak kalah heboh, jeans ketat dipadu dengan
baju-baju ala anak boyband (yang saya sendiri gak tahu ini seperti apa)
ditambah dengan aksesoris yang sepertinya memang aksesoris transgender.
Saya jadi berpikir apakah ini artinya si anggota boyband ini
memang bukan hanya kehilangan selera lokal dalam bernyanyi tetapi juga
kehilangan identitas diri (dan gendernya) juga? Pertanyaan ini saya tampilkan
karena dalam ilmu kedokteran jiwa, transgender termasuk dalam suatu kondisi
gangguan kejiwaan. Dia bukanlah suatu identitas seksual (seperti homoseksual)
yang “dianggap” bukanlah gangguan jiwa di dalam ilmu kedokteran jiwa. Mungkin
hal ini pun bisa memicu kontroversi, tetapi saya hanya mengatakan sebatas
apakah ini menurut kedokteran jiwa termasuk gangguan jiwa atau tidak.
Berpakaian ala lawan jenis adalah juga suatu karakteristik
gangguan jiwa yang termasuk dalam transgender. Selain itu memakai make-up yang
sehubungan dengan karakter lawan jenisnya juga demikian. Ini merupakan suatu
gangguan jiwa yang mulai muncul sejak masa remaja dan berlanjut sebagai suatu
kondisi kebingungan gender di masa dewasanya.
Tidak heran sejak kecil kita oleh orang tua kita
dikondisikan untuk “mengisi” identitas gender kita dengan simbol-simbol
simbolik khas masing-masing gender. Laki-laki oleh ayahnya dibelikan mainan
mobil-mobilan, pistol, pedang, robot-robotan, mainan kuda dan topi koboi
sedangkan perempuan dibelikan perangkat masak, boneka barbie, alat-alat make up
mainan. Ini adalah upaya awal bagi orang tua memperkenalkan identitas gender
kepada anaknya lewat jalan simbolik dengan alat-alat permainan. Selanjutnya
nanti akan terlihat peran yang dibedakan antara anak laki-laki dan perempuan.
Secara natural kita semua sebagai orang tua ataupun dulu ketika masih kecil
mengingat peran gender yang berbeda ini diberikan.
Apa yang ditampilkan oleh beberapa boyband Indonesia bergaya
korea itu apakah bukan menjadi sumber kebingungan anak muda yang menontonnya?
Apalagi anak-anak yang sedang mencari identitas dirinya. Saya hanya prihatin
terhadap keadaan ini. Tanpa sadar kita sudah diberondong oleh budaya baru yang
lama-lama bisa menghilangkan akar budaya kita sendiri apalagi sasarannya adalah
anak muda. Di lain pihak, gaya para personel boyband yang menampilkan
penampilan transgender dalam sisi make up juga bisa menimbulkan kebingungan
dari para pemirsa anak muda tentang kondisi identitas gender itu sendiri.
Apakah anda punya pikiran yang sama dengan saya?
Salam Sehat Jiwa
0 comments:
Post a Comment